Hai perkenalkan namaku Gugun, aku adalah anak pertama dari dua bersaudara, sebagai anak pertama aku berkewajiban membantu keluarga, dan itulah kenapa aku di Bandung. Ya begitulah, Bandung adalah kota penuh dengan talenta tempatnya para raja menunjukan kelasnya. Eh kok nyanyi sih hehehe baiklah aku bekerja sebagai pramusaji disebuah restoran menengah di daerah Setiabudi, dengan perawakan ku yang kata orang ideal, aku bisa mendapatkan customer langganan, tentu aku juga harus bisa memainkan emosi mereka, percayalah, bekerja sebagai pramusaji bisa membuka kenalan dari berbagai kalangan. Selain sebagai pramusaji, aku juga aktif organisasi kesehatan di kota Bandung yang memberikan penyuluhan tentang bahaya seks bebas dan HIV. Pada hari itu, Minggu 26 Desember 2017 , Unpar mengadakan penyuluhan dan mengundang kami sebagai pembicara, acara berlangsung meriah diiringi doa bersama dengan khidmat. Selesai acara, aku dihampiri mahasiswa yang terlihat umurnya jauh diatasku, yang entah kenapa dia memanggilku kakak. Hahaha. Dia mengajakku ke sebuah lobby berisi tempat duduk dan bercerita bahwa dia merasa tak berguna karena positif. Aku tak bisa berkata banyak, intinya, harus siap dengan segala konsekuensi seks bebas. Aku membuat janji dengannya besok malam di waroeng upnormal di Cihampelas walk, untuk bicara lebih. Besoknya, kami berbicara ngelantur tentang apapun, sampai sudah terlalu malam waktu itu jam 12 dan mess ku sudah dikunci. Aku diajak untuk tidur di kosannya, kebetulan dia kost di apartemen Jardin dibelakang Cihampelas walk. Aku berkelakar jika isi tasnya adalah emas dan sertifikasi tanah, karena bisa menyewa apartemen. Lantai 15 nomor b69 itulah kamar apartemen yang terbilang mewah untuk anak kuliahan, seperti hotel, tidak aneh jika kamar laki laki ini sangat rapi, dia jurusan pariwisata. Aku disuguhi Coca cola dingin, lengkap dengan kacang polong. Aku duduk bersila didepan tv, dia terus saja mencari sesuatu di kotak yang sepertinya kotak disk DVD. Mataku berkeliling ruangan, minimalis namun tetap mewah, kamarnya dilapisi cat hijau putih dengan jendela menghadap ke kota Bandung, kurasakan angin semilir masuk dan membuatku bergidik, dia sepertinya dia sudah terbiasa dengan dingin ini. Kemudian pandanganku kabur, kulihat sekilas dua mengayunkan tangan ke arah wajahku, gelap dan aku tak ingat apapun lagi.
Hai kali ini kita ngelantur soal rasa baru dari Indomie goreng, rasa mie goreng Aceh. Jujur aja ya saya gak pernah pernah nyobain mie goreng aceh beneran, Bumbu standar sih ada minyak, bawang, bumbu kecap saos, tekstur mie nya agak beda, lebih bulat besar dan sedikit lembek. Ya lumayan beda rasanya. Beralih ke bumbu, dilengkapi bumbu yg khas aroma cabe, dipadukan dengan mie yang agak lembek, ternyata membuat rasanya semakin meresap, dan menurutku agak anyep. Ya seimbang lah bumbu sama mie nya, dibilang enak ya biasa aja, dibilang gak enak ya gitu... Kesimpulannya dengan harga 2000an klean bIsa mencoba rasa baru, dengan tekstur Mie yang lembek, dan rasa yang gak terlalu strong untuk ukuran Indomie. Apakah recommended? Hmmm rasa yang lain mungkin lebih cocok misalnya rendang, atau cabe hijau.
Ngambang. 😅
BalasHapusWkwkwke maapin
BalasHapus